PT Pertamina Bersama FTI Universitas Bung Hatta dan Unand Kolaborasi Riset Pilot Plant PCC

PT Pertamina Bersama FTI Universitas Bung Hatta dan Unand Kolaborasi Riset Pilot Plant PCC

Universitas Bung Hatta melalui Fakultas Teknologi Industri (FTI) bersama PT Pertamina dan Universitas Andalas menggelar peninjauan riset bersama Pilot Plant PCC. Kegiatan ini diawali dengan pemaparan proses konversi CO2 dengan batu kapur menjadi Precipitated Calcium Carbonate (PCC) telah selesai dilakukan di Lab FTI, Kampus Proklamator III Universitas Bung Hatta, Rabu (30/3/22).

“Kami telah merancang dan akan menyelenggarakan Pilot Plant PCC berupa kerja sama penelitian bersama PT Semen Padang dan Universitas Andalas. Kerja sama ini dimanifestasikan dalam dalam bentuk pemanfaatan CO2 dan kapur tohor sebagai bahan baku Precipitated Calcium Carbonate (PCC),”ungkap Dekan Fakultas Teknologi Industri (FTI), Prof. Dr. Eng. Reni Desmiarti.

Setelah itu, masih di hari yang sama, kegiatan dilanjutkan dengan pertemuan antara pimpinan Universitas Bung Hatta, Universitas Andalas, dan PT Pertamina di Ruang Sidang Rektor Universitas Andalas, Limau Manih, Padang.

Kunjungan ini juga dihadiri langsung oleh Iman Rachman, selaku Direktur Strategi, Portofolio, dan Pengembangan Usaha PT Pertamina, Dr. Oki Muraza selaku SVP Research and Technology Innovation PT Pertamina (Persero), dan Mery Marteighiati, M. Eng selaku Upstream DRTI. Selain itu, juga hadir tim yang bergabung: Dewi Mersitarini, M.T, Dimas Ardiyanta, M. Eng., Isya Mahendra, M.T, Rr Whiny Hardiyati Erliana, M.T., Fuad Abdillah, S.T dan Ahmad Farhan Farabi, S.T.

Dari Universitas Andalas, kegiatan ini dihadiri oleh oleh Prof. Syukri Arief, Prof. Ariadi Hazmi, dan Dr. Matal Fajri Alif dan dari pihak Universitas Bung Hatta turut hadir Rektor Universitas Bung Hatta, Prof. Dr. Tafdil Husni, S.E, MBA, Wakil Rektor (WR) III dan Dr. Hidayat, S.T.,M.T.,IPM ,serta tim yang bergabung yakni Prof. Reni Desmiarti, Ellyta Sari, M.T, Nofri Naldi, ST, dan Inva Salsabil serta mahasiswa Prodi Teknik Kimia.

“Semoga kerja sama ini dapat berjalan dengan baik dan lancar sehingga kolaborasi antara perguruan tinggi dengan dunia industri ini dapat membawa dampak bagi masyarakat dan kemajuan pengelolaan sumber daya alam di Sumatra Barat,”kata Rektor Universitas Bung Hatta dalam sambutannya.

Kemudian, Prof. Dr. Tafdil Husni turut mengapresiasi atas seluruh upaya yang dilakukan pimpinan FTI Universitas Bung Hatta sehingga kerja sama ini dapat terwujud. Di samping itu, kerja sama ini menjadi refleksi dari program Merdeka Belajar Kampus Merdeka sebagaimana yang digagas oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, Teknologi RI.

Sebelumnya, Program Studi Teknik Kimia Fakultas Teknologi Industri Universitas Bung Hatta juga dinyatakan lulus dalam program Bantuan Pendanaan Program Penelitian Kebijakan Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) dan Pengabdian Masyarakat Berbasis Hasil Penelitian dan Purwarupa PTS Tahun 2021 untuk program pembelajaran berbasis projek atau studi kasus peningkatan potensi batu gamping di Sumatra Barat yang digagas oleh Kementrian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi Republik Indonesia.

Terkait dengan penelitian ini, Universitas Bung Hatta melakukan kerja sama dengan PT Semen Padang, Universitas Andalas, Balitbang, dan Dinas ESDM Provinsi Sumatra Barat.
Penelitian berbasis projek ini sedianya telah dilakukan sejak bulan Maret 2021, dan melibatkan 5 orang dosen, 1 asisten dosen, serta 7 orang mahasiswa. Penelitian ini diketuai langsung oleh Prof. Dr. Eng. Reni Desmiarti, S.T., M.T. sekaligus Dekan Fakultas Teknologi Industri Universitas Bung Hatta, dan Dr. Firdaus, S.T., M.T. sebagai Ketua Program Studi Teknik Kimia Universitas Bung Hatta, serta para dosen, alumni, dan mahasiswa di antaranya, Ellyta Sari, S.T., M.T., Amelia Amir, S. Si., M.Si., Ph.D., Erda Rahmilaila Desfitri, S.T., M. Eng., Ph.D., Nofri Naldi, S.T., Rina Oktaviana, Vitria Ramadhani, Inva Salsabil, Adinda Ratu Permata, Selviya Widiya Nengsih, Alfin Syauqi Kharisma, dan Dinda Syahroza sebagai anggota penelitian.

Penelitian pendahuluan telah dilakukan guna mengidentifikasi kualitas batu gamping di Kabupaten Sijunjung, Kabupaten Agam, Kabupaten Dhamasraya, Kabupaten 50 Kota, Kabupaten Tanah Datar, dan Kota Padang Panjang. Fokus pada penelitian lanjutan ini adalah pengolahan batu gamping menjadi kapur tohor dan produk turunannya dengan tahapan penelitian (1) melakukan survei dan pengambilan sampel di Kabupaten 50 Kota, Kabupaten Tanah Datar, dan Kabupaten Peissir Selatan bersama dengan Dinas ESDM Provinsi Sumatra Barat, dan (2) mengoptimasikan proses kalsinasi untuk mempelajari efek temperatur, bahan bakar, sumber batugamping, dan waktu kalsinasi.

Batu gamping di Provinsi Sumatra Barat tersebar di 16 kabupaten/kota yang bila ditotal dapat mencapai 260,845 Ha. Kualitas batu gamping dipengaruhi oleh kondisi teknonik yang terjadi jutaan tahun lalu. Komponen utama penyusun batugamping adalah kalsium karbonat (CaCO?). Gugusan batu gamping dinamakan benteng alam batu gamping (karst) yang sebagian sudah ditetapkan menjadi kawasan Geopark Nasional seperti Geopark Nasional Silokek di Kabupaten Sijunjung, Geopark Nasional Sawahlunto di Kabupaten Sawahlunto, dan Geopark Nasional Ngarai Sianok di Kota Bukittinggi. Sebagian benteng alam karst ini sudah ditetapkan sebagai Cagar Alam, contohnya adalah Cagar Alam Pangian yang terletak di Kabupaten Sijunjung.

“Kota dan kabupaten yang berpotensi adanya karst di Provinsi Sumatra Barat, antara lain adalah Kota Padang, Kabupaten Solok, Kabupaten Solok Selatan, Kabupaten Sawahlunto, Kabupaten Sijunjung, Kabupaten Dhamasraya, Kabupaten Agam, Kabupaten Pesisir Selatan, Kabupaten Tanah Datar, Kota Padang Panjang, Kabupaten 50 Kota, Kabupaten Pasaman Timur, Kota Bukittinggi, Kabupaten Pasaman Barat, Kabupaten Kepulauan Mentawai, dan Kota Payakumbuh,”sebut Prof. Dr. Reni Desmiarti.

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, diketahui bahwa batu gamping yang diperoleh dari Kabupaten Sijunjung, Kabupaten Agam, Kabupaten Dhamasraya, Kabupaten 50 Kota, Kabupaten Tanah Datar, dan Kota Padang Panjang memiliki kandungan kalsium oksida (CaO) sebesar 53,30 – 55,92 %, yang mana nilai ini hampir mendekati nilai CaO maksimal dalam batugamping sebesar 56%.

Kemurnian batu gamping sendiri tergantung pada komponen yang terkandung di dalamnya, seperti besi, kalium, iodin, dan logam berat yang dapat mempengaruhi kualitas produk kalsium karbonat (CaCO?) yang dihasilkan.

Batu gamping terdiri atas CaCO?, namun juga ditemukan batugamping magnesium. Apabila kandungan magnesium sangat tinggi, hal ini akan mengubah batu gamping menjadi batu gamping dolomit dengan komposisi kimia MgCO? dan CaCO?.

Batu gamping yang telah diolah dapat digunakan sebagai bahan baku utama atau penyerta pada berbagai macam industri, antara lain untuk pembuatam kapur tohor dan kapur padam, semen, karbid, peleburan dan pemurnian baja, bahan penggosok, bahan keramik, kaca, bata silika, kertas, karet, pembuatan soda abu, penjernih air, proses pengendapan bijih logam bukan besi, pembuatan gula, dan untuk pertanian.

Batu gamping (CaCO?) yang telah melewati proses pembakaran atau kalsinasi disebut sebagai kapur tohor dan dapat dimanfaatkan pada bidang pertanian, industri pengolahan kelapa sawit, bahan baku industri PCC (Precipitated Calcium Carbonate), pengolahan air minum, farmasi, pasta gigi, dan makanan.

Proses pembakaran atau kalsinasi batugamping dilakukan menggunakan tungku pembakaran batu gamping. Pada penelitian ini, tungku pembakaran dirancang langsung oleh mahasiswa Jurusan Teknik Kimia. Selanjutnya, hasil dari pembakaran batu gamping ini berupa kapur tohor (CaO) yang nantinya digunakan sebagai bahan baku produksi PCC (Precipitated Calcium Carbonate).

PT Pertamina Bersama FTI Universitas Bung Hatta dan Unand Kolaborasi Riset Pilot Plant PCC

Proses produksi PCC dilakukan menggunakan alat dengan skala pilot plant 2 kg/jam. Peralatan pilot plant inilah yang menjadi muara kerja sama antara PT Pertamina dengan Universitas Bung Hatta dan Universitas Andalas. Selain menjadi bahan baku untuk produksi PCC, kapur tohor dapat juga digunakan untuk pengolahan air limbah. Kapur tohor memiliki fungsi untuk menaikkan pH limbah yang awalnya asam menjadi netral. Seluruh kegiatan penelitian ini dilakukan di Laboratorium Program Studi Teknik Kimia Universitas Bung Hatta.

“Ke depannya, peranan lulusan Prodi Teknik Kimia di masyarakat akan lebih ditingkatkan guna mendorong pengolahan sumber daya alam menjadi produk yang bernilai ekonomi di Sumatra Barat,”ujar Prof. Dr. Eng. Reni Desmiarti, S.T., M.T.

Lebih lanjut, tutup Reni Desmiarti, kegiatan penelitian berbasis projek ini selaras dengan visi Program Studi Teknik Kimia Universitas Bung Hatta, yaitu “Menjadi Lembaga Pendidikan Teknik Kimia Tingkat Sarjana yang Berkualitas di Tingkat Nasional dan Berkontribusi pada Industri, Khususnya Kawasan Sumatra dan Berkonsentrasi di Bidang Teknologi Pengolahan Sumbar Daya Alam”. (*rr)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *